Cerita Anak untuk meningkatkan Literasi dengan judul Ini atau Itu?



BAB 1
RENCANA


Asyik!
Ega diberi uang oleh bapak karena sudah membantu panen bandeng. Ega mau beli sepatu baru. Ia minta Dani menemaninya ke pasar. Mereka akan menumpang kapal yang membawa hasil panen bandeng. Dani mengiyakan. Kebetulan tas sekolahnya sudah pudar warnanya. Tetapi, Dani harus memecahkan celengannya lebih dulu. Ega membantu Dani memecah celengan. Ega memisahkan uangnya di pinggir kasur agar tidak tercampur dengan uang Dani. Berkali-kali Ega lupa sampai mana hitungannya. Karena gemas, Dani memberinya kertas dan pensil untuk mencatat. Kalau begini Ega lebih mudah mengingat. Delapan puluh enam ribu rupiah. Uang kertas ditumpuk dan uang recehnya dimasukkan ke dalam kantong plastik. Lantas, Ega dan Dani menuju ke kapal. Ega tidak suka melihat Dani membawa kucingnya. Awas saja kalau kucing Dani mencuri ikan dari dalam drum. Dani harus membayarnya. Dani tidak mau mengambil risiko. Kucingnya dititipkan pada ibu untuk dibawa pulang. Sayang kalau uang tabungannya buat bayar ikan bandeng. Ketika kapal hendak berangkat, Ega memekik mengagetkan seisi kapal. “Uangku! Uangku ketinggalan di atas kasur Dani!”


BAB 2
ARUM MANIS


Secepat kilat Ega melompat keluar kapal. Kalau uang tidak dibawa, mana bisa beli sepatu baru. Sungai ini sarana transportasi Desa Pucuk yang letaknya jauh di muara sungai. Pematang tam bak hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Jalan nya ber debu di musim kemarau dan becek di musim hujan. “Ada buaya!” Ega menunjuk di kejauhan. Dani mengusap-usap matanya. Meski berkacamata, pandangannya masih saja kabur. Sayang sekali tidak bisa melihat buaya muara yang jarang terlihat itu. Kapal sudah merapat ke dermaga. Ega dan Dani berpamitan kepada bapak. Keduanya berlari ke pasar dekat situ. Mereka sudah pernah ke pasar sendirian. Namun, Ega menakuti Dani tentang copet. Itu membuat Dani terus memegangi uangnya. Baru saja sampai, Dani sudah terpikat kembang gula. Ia menyebutnya arum manis. “Jangan!” cegah Ega. “Beli tas saja dulu. Nanti kalau ada sisa, kita beli itu.” Celaka, Dani sudah membelinya. Ia pernah makan dan suka rasanya. Menurut Dani, tak apa uangnya berkurang lima ribu rupiah saja. Sebetulnya Ega juga ingin membeli. Namun, ia masih menahan diri. Untungnya Dani mau berbagi. Wah, coba lihat kelakuan Ega! Ega terus mencuil arum manis. Tahu-tahu arum manis Dani tinggal sedikit. Ega bilang itu karena dihabiskan angin. Dani tahu persis siapa pelakunya. Sebetulnya Dani mau marah, tetapi dibatalkannya. Ada yang lebih menarik perhatiannya.


BAB 3
TAHANAN

Toko mainan! Menyenangkan sekali melihat mainan seba nyak itu. Ega ingin membeli bola, tetapi ingat sepatunya mangap. Dani menyenggol Ega. “Tahaaan. Nanti kalau ada sisa uang, kita beli bolanya.” Ega melangkah gontai mengikuti Dani. Pada hal, kalau beli sepuluh ribu rupiah saja, uangnya masih sisa banyak. Tiba-tiba langkah Dani terhenti di dekat orang orang yang mencoba kacamata. Mungkin ada kacamata yang pas untuknya. Dani ingin mencoba juga, tetapi malu. Ega tahu, Dani kesulitan melihat jauh. Ia menyarankan agar Dani memberitahu bapaknya. Ka ca mata Dani sudah waktunya ganti. Dani mau saja. Namun, bapaknya hanya pengemudi kapal, bukan pemiliknya. Butuh uang banyak untuk mengganti kacamata. Ega menduga Dani pasti sedih. Sekonyong konyong, wus! Dani melintasinya seperti angin. Wah! Dani sudah berdiri di depan pedagang ayam. Dani memamerkan anakan ayam kampung betina berusia sebulanan yang baru dibelinya. Dua puluh lima ribu rupiah harganya. Apa cukup sisa uangnya buat beli tas baru? Ega mencibir ketika Dani bilang mau memelihara ayam itu. Biar nanti jadi banyak. Mana bisa ayam itu berkembang biak kalau tidak ada pejantannya. Ega menggeleng keras ketika didesak Dani untuk beli anakan ayam jantan. Nanti dipeli hara bersama. Pokoknya tidak! Mendadak mata Ega berserobok dengan mata anakan ayam jantan. Sepertinya ayam itu beriba-iba ingin dibeli juga. Duh! Beli, tidak, beli, tidak, … Ega menghitung buku jari tangannya. … beli!


BAB 4
BOBOL

Uang Ega sudah berkurang. Ia berharap sisanya cukup buat beli sepatu. Sambil menunggu penjual melayani pembeli lain, Ega melihat-lihat dulu. Ada satu sepatu yang disukainya. Ega merogoh saku celana untuk memastikan uangnya ada di sana. Hei, uang siapa ini? Tadi uangnya bukan segini. Masa iya, uangnya tertukar dengan punya Dani? Ega buru-buru memanggil Dani dan menceritakan kepanikannya. Dani geleng-geleng kepala sambil menunjuk anakan ayam. Ega pun cengar-cengir malu. Ega berbalik dan menanyakan harga sepatu yang diincarnya. Seketika jantungnya mau berhenti berdetak. Harganya seratus lima ribu rupiah. Perlahan Ega meletakkan sepatu itu. Entah kenapa, ia menjadi sebal melihat ayamnya. Kalau saja tadi tidak dibelinya …


BAB 5
KACAU

Ega merasa bersalah, membenci anak ayam yang tidak tahu apa-apa. Padahal, tanpa membeli anak ayam itu pun uangnya tetap kurang. Lagi pula Ega malu kalau harus meminjam uang Dani. Sementara itu, Dani menemukan tas yang cocok. Harganya pun sesuai sisa uangnya. Dani buru - buru keluar mau memberitahu Ega. Dani heran melihat Ega bersedih. Setelah mendengar masalahnya, Dani termenung. Akhirnya, ia memutuskan tidak jadi membeli tas juga. Sebenarnya, Dani juga ragu beli tas. Ia kepikiran matanya. Sempat tebersit untuk memberikan uang nya kepada bapak buat tambahan beli kacamata baru. “Nanti aku beli lem kuat saja,” ide Ega. Dani memuji gagasan Ega dan mengajak segera membelinya. Hanya saja, ketika melewati toko mainan tadi, keduanya terhenti. Apa urunan beli mainan yang paling murah saja, ya? “Tidak!” Ega dan Dani menggeleng keras. Uang mereka sudah berkurang untuk sesuatu yang tidak dibutuhkan. Namun, terik matahari membuat kering ke rongkongan mereka. Beli minuman atau tidak, ya? Minum itu perlu, bukan? Lebih baik cepat kembali ke kapal. Ega dan Dani mengakui kesalahan mereka terlambat kepada bapak-bapak di kapal. Mereka bercerita, tadi mau beli apa, eh yang dibeli apa. Bapak-bapak itu hanya tertawa sebab mereka juga pernah punya pengalaman yang sama. Ini cukup menghibur Ega dan Dani. Lain kali mereka harus fokus pada apa yang perlu untuk dibeli. “Wah!” tiba-tiba Ega berseru. “Aku lupa beli …” “… lem kuat!”


BAB 6
RENCANA BARU

Mungkin Ega akan minta tolong bapak membawa sepatunya ke tukang sol sepatu. Namun, sepatunya sudah sempit. Nanti makin sempit kalau di jahit. “Sepertinya aku harus menabung dulu,” gumam Ega. Hari sudah sore saat kapal merapat di dermaga kayu Desa Pucuk. Ega dan Dani langsung di kerubungi teman-temannya. Itu gara-gara anakan ayam yang mereka bawa. Ada anak yang tertarik membeli anakan ayam. Dani menolak karena mau memeliharanya sendiri. Namun, Ega tersenyum lebar. Anak ayam Ega laku tiga puluh lima ribu ru piah. Ega untung! Sepatu Ega memang masih mangap. Namun, Ega sudah meminta Dani menemaninya lagi ke pasar minggu depan. Ega mau beli sepatu baru. Dani langsung setuju karena ia mau beli anakan ayam lagi. Siapa tahu ada yang berminat mengganti. Namun, Dani cemas kalau Ega lupa rencana baru mereka. “Tenang,” balas Ega tertawa. “Aku sudah menandai kalenderku.”



Posting Komentar untuk "Cerita Anak untuk meningkatkan Literasi dengan judul Ini atau Itu?"